Info Terbaru
Thursday, 21 Aug 2025
  • Vlog Ramadhan Pengasuh Tersedia Pada Kanal Youtube Santri Kita
30 July 2025

Ketika Nama “Allah” Diperkenalkan

Wednesday, 30 July 2025 Kategori : Oase

Oleh: Pramana Rafif, S.Pd.

Ramadan adalah bulan diturunkannya petunjuk pamungkas, pedoman paripurna, dan agama yang sempurna, yakni agama Islam. Melalui wahyu berupa rangkaian ayat Al-Qur’an, Islam hadir sebagai teladan yang utuh bagi seluruh alam. Disampaikan melalui lisan mulia seorang utusan yang terpercaya, Islam lantas dikenal dan dianut oleh masyarakat dunia. Namun, dalam memberikan risalah dan mandat kenabian kepada utusan pilihan-Nya, Allah tidak serta-merta memperkenalkan nama-Nya secara langsung kepada Nabi Muhammad.

Al-Imam As-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan menuliskan bahwa wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah penggalan awal Surat Al-‘Alaq, yakni:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ۝٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ۝٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ۝٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ۝٥

Satu rangkaian ayat ini menjadi “surat resmi” pengangkatan Muhammad SAW sebagai seorang Nabi, sekaligus babak awal turunnya wahyu Al-Qur’an kepadanya.

Akan tetapi, pada wahyu pertama, sama sekali tidak ditemukan kata ‘Allah’( اللّٰهَ ) yang merujuk kepada nama dari Tuhan semesta alam. Allah hanya mengisyaratkan diri-Nya dengan sebutan “Rabb” yang berarti ‘Tuhan yang menunjukkan’ atau ‘Tuhan yang membimbing’. Seolah menggugah akal manusia untuk berpikir tentang satu sosok di balik keteraturan alam semesta. Hal ini kembali terjadi beberapa bulan kemudian, ketika Nabi Muhammad menerima wahyu kedua dari Allah. Dinukil dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdirrahman, dari sahabat Jabir bin Abdillah Al-Anshari mengatakan bahwa wahyu kedua yang turun kepada Nabi Muhammad ialah 5 ayat pertama dari Surat Al-Mudatsir.

يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ ۝١ قُمْ فَاَنْذِرْۖ ۝٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ ۝٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ ۝٤ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ ۝٥

Rangkaian ayat pada wahyu kedua ini berisi perintah bagi Nabi Muhammad untuk menjalankan mandat sebagai penyeru kebenaran agama Allah. Maka sejak turunnya ayat ini, Nabi Muhammad pun diangkat sebagai Rasulullah. Akan tetapi kembali kita dapatkan, bahwasanya pada wahyu kedua ini, Allah tidak menyebutkan nama-Nya secara langsung di dalam redaksi ayat-Nya. Melainkan justru menyebut “Rabb” yang termaktub pada ayat ketiga.

Sebagian ulama dan ahli tafsir berpendapat bahwa wahyu ketiga yang turun kepada Rasulullah adalah Surat Al-Muzzammil ayat 1-10. Sedangkan, menurut Imam As-Suyuthi dan mayoritas ulama, wahyu ketiga adalah awal Surat Al-Qalam. Akan tetapi apabila kita cermati dengan seksama, kedua awal Surat ini pun sama-sama tidak menyebut kata “Allah” yang merujuk kepada nama Tuhan yang menurunkan Al-Qur’an itu sendiri. Justru sekali lagi, Allah menyebut diri-Nya dengan diksi “Rabb” baik pada awal Surat Al-Muzzammil maupun Surat Al-Qolam.

Nama Allah, yang disebut secara tersurat di dalam Al-Qur’an, pertama kali baru disebutkan di dalam wahyu setelahnya, yakni wahyu yang kelima. Satu wahyu paling mulia yang menjadi pembuka sekaligus rangkuman dari seluruh isi Al-Qur’an, yakni Surat Al-Fatihah.

Di dalam surat inilah, untuk pertama kalinya Allah menyebut nama-Nya yang agung dengan begitu indahnya, termaktub pada satu ayat pembuka yang berbunyi,

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ۝١

“Dengan nama ‘Allah’, Sang Maha Kasih, Maka Penyayang”

Satu nama yang disebutkan sembari bertaut dengan dua sifat mulia-Nya yang suci. Kasih dan sayang.

Begitu panjang perjalanan Rasulullah untuk diperkenalkan secara langsung dengan nama agung dari sang Pemilik Kasih. Seolah mengatakan, bahwa Allah tidak ingin hanya sekadar memperkenalkan dirinya di hadapan hamba-Nya. Namun, justru perjalanan dan waktulah yang pada akhirnya membawa kita untuk mengenal kepada kasih dan sayang. Perjalanan hidup kita pun mungkin berat. Namun, keyakinan bahwa kita berjalan menuju pengenalan kepada-Nya akan menuntun setiap langkah kita semakin dekat kepada-Nya. Amin.