Gedung-gedung ikonik tidak mungkin bisa muncul begitu saja. Di balik tampilannya yang megah dan mengagumkan, terdapat seorang arsitek yang menjadi master mind dari gedung atau hunian tersebut. Konon, dunia arsitektur adalah dunia pria. Begitulah kiranya seperti sosok pria satu ini juga menggeluti dunia arsitektur. Nama lengkapnya Muhammad Arie Asisaka S.Ars. Ia merupakan alumni Pesantren Modern Al-Amanah angkatan 2018 marhalah Byzantium.
Dunia seni adalah salah satu hobi yang digemarinya selama ini. Akhi Arie yang saat ini menjadi arsitekur freelancer dan conten creator ini pernah menjabat sebagai dentri bagian bahasa ketika di pesantren dahulu. Pria kelahiran Surabaya, 6 Januari 2000 ini awal ketertarikannya pada seni adalah saat mondok di Pesantren Modern Al-Amanah. Semenjak Akhi Arie masih jadi santri kerap kali disuruh membuat mural dan signage maupun tulisan di atap SD Antawirya. Beberapa kali juga diberi kepercayaan untuk memimpin tim bagian dekorasi dalam acara tahunan pesantren, puncaknya adalah saat membuat panggung MSA 2018 yang dinilai sebagai panggung termegah berlantai 2. Momen ini merupakan kali pertamanya acara MSA diselenggarakan di luar lingkungan pesantren, tepatnya berada di Lapangan Desa Junwangi yang tidak hanya disaksikan oleh lingkup pesantren saja melainkan juga disaksikan oleh seluruh masyarakat desa sekitar. Saking ramainya hingga acara tersebut seperti pasar malam dadakan.
Akhi yang pernah bersepeda ontel selama beberapa hari ke Makam Wali (Bujug Lathong) Batu Ampar di Pamekasan ini pernah mendaftar ke kampus ITS dan ITB jurusan Arsitektur lewat jalur SBMPTN namun gagal. Akhirnya mencoba lagi di Institut Seni Indonesia (ISI Yogya) di jurusan Interior desain kemudian ia mengalami kegagalan juga. Akhirnya pilihan terakhir Akhi Arie mencoba mendaftar jurusan arsitektur yang merupakan jurusan baru di UINSA melalui jalur mandiri dan alhamdulillah lolos.
Di awal kuliah, Akhie Arie menyadari bahwa kebutuhan untuk kuliah itu mahal. Selain kebutuhan harian seperti makan dan minum, ada kebutuhan untuk jurusan arsitektur yang setiap minggunya ada studi praktik yang membutuhkan laptop dengan spek yang tinggi untuk mendesain bangunan. Akhirnya Akhi Arie terpaksa berkuliah nyambi berjualan dengan menitipkan jajanan di kantin mandiri yang berada di gedung fakultas. Jajanan itu ia masak sendiri setiap paginya. Tidak hanya menitipkan di kantin kampus UINSA, Akhi Arie juga menitipkan jajanan kepada sahabat baiknya yakni Alwi Salsabili yang kuliah di UNESA untuk dijual di kantin dengan membagi hasil keuntungan dengannya.
Jualan ini berakhir pada masa covid karena harus kuliah secara daring. Akhi Arie juga sempat bekerja di tempat magangnya yakni PT. Maswindo Bumi Mas sebagai arsitek pembantu cabang Karah, Surabaya, juga sambil mengerjakan proyek freelance selama kuliah. Tidak hanya itu saja, Akhi Arie bahkan tidak malu menjadi ojol (ojek online) dan ternyata dari ojol, ia mendapat pemasukan yang lumayan bisa sekitar 200-300 rb per harinya. Penghasilan ojol mampu ia gunakan untuk merakit PC, membeli laptop, mesin 3D printing dan laser cutting yang menunjang bisnisnya.
Ketika zaman kuliah, Akhi Arie yang merupakan anak kedua dari 3 bersaudara ini sempat dihina teman-teman arsitek dengan sebutan ‘kupu-kupu’ (kuliah pulang-kuliah pulang) karena tidak pernah mau berbaur. Dengan mengingat pesan nasihat Romo Kiai Nurcholis Misbah yakni “Mulut itu sebenarnya punya kekuatan super jika digunakan untuk hal yang sia-sia.” Begitulah kiranya sumber kekuatannya meskipun sempat dihina oleh teman-temannya, tapi akhirnya semua berbalik ketika teman-temannya membutuhkan bantuan menjelang tugas akhir semester 8, bahkan kakak kelas semester akhir yang belum lulus hingga belasan semester juga meminta bantuannya untuk mendesain, semuanya berbalik membutuhkan bantuannya.
Tidak hanya suka duka selama dibangku perkuliahan, melainkan juga kisah pribadi yang menjadi pukulan tersendiri baginya. Tepatnya pada tahun 2022 bulan Februari sebelum acara wisuda di kampus, sang ayah meninggal dunia. Hal tersebut menjadi pukulan berat baginya dan keluarga. Tidak hanya ditinggalkan sosok pencari nafkah dalam keluarga, tapi Akhi Arie juga harus menanggung biaya keluarga per bulannya yang sangat banyak, belum lagi membiayai kuliah sang adik di Yogyakarta. Akhirnya, akhi yang juga aktif dalam organisasi “Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)” ini merantau ikut pamannya di PT. Pegasus. Di sana mereka membangun Showroom sekaligus Bengkel Mazda di Pajajaran-Bogor selama 6 bulan.
Karena tidak adanya kecocokan, akhirnya kembali pulang ke Surabaya dan mendirikan perusahaan sendiri kecil-kecilan dengan nama “Saka Pro Design Architecture” yang berbasis freelance. Setelah mendirikan perusahan sendiri, Akhi Arie harus menyadari plus minusnya yaitu harus siap bekerja 24 jam karena semuanya dikerjakan sendiri, apalagi sering sekali menemui kendala dengan mendapatkan klien yang tidak fair dalam berbisnis. Jika mendapatkan proyek yang dirasa lumayan sulit, Akhi Arie mengajak teman-teman arsiteknya untuk membantu terutama dalam membuat gambar DED (Detail Engineering Design) dan Perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya).
Selama bekerja secara freelance, Akhi Arie pernah menangani beberapa proyek besar di antaranya Wisata Pasar Sapi Ds. Ellak Dayak-Sumenep, Wisata Tirto Wening Sidayu-Gresik, serta beberapa pondok pesantren seperti Pesantren Modern Al-Amanah dengan mengerjakan maket (miniatur pondok), berlanjut ke Pendopo Walisongo dan Pendopo Giri Kedaton yang berada di Pesantren Modern Al-Amanah 3 dengan menggunakan desain 3D printing, kemudian yang terbaru adalah desain Masjid Pesantren Modern Al-Amanah 4 di Kras-Kediri. Setelah itu, dilanjut membuat desain di Pondok As-Salafi Al-Fithrah-Surabaya yang berawal dari tugas untuk menyelesaikan masalah banjir di sana, kemudian dibuatkanlah denah topografi dan rencana precastnya serta RAB-nya untuk diajukan ke Pemkot. Alhasil, desain tersebut diterima dan diminta untuk mendesain TK dan SD di As-Salafi Al-Fithrah-Surabaya. Adapun proyek yang baru saja diselesaikannya adalah membuat Pagoda di Ponpes Amanatussalam-Jombang (Pesantren Modern al-Amanah 2). Akhi yang juga gemar membuat konten di waktu senggangnya itu juga pernah mengerjakan proyek dari PT. Mayora untuk mendesain gapura dan fasilitas umum lainnya di Rest Area KM 14 Pinang.
Dari semua progress proyek yang dikerjakannya selama ini, akhirnya berbuah manis dengan memiliki passive income sendiri. Berbekal skill editing dari alm. Mas Dani dan berbekal sedikit ilmu agama dari pesantren dapat dijadikannya bahan untuk membuat konten kisah-kisah inspiratif nabi (@Saka_Inspirational_Figure) yang menjadi pundi-pundi cuan dari ads (iklan) dan Konten Arsitektur Saka Pro Design Architecture(@arie_asisaka).
Terakhir, pesan dari akhi angkatan Byzantium ini untuk santri-santri yang saat ini sedang menuntut ilmu yaitu “Taatilah semua peraturan yang ada di pesantren, jangan sampai nantinya bisa merugikan pihak pesantren maupun diri sendiri. Gali potensi dan minat kalian pada bidang apa dan fokuskanlah itu. Dengan fokus pada satu bidang yang disukai itu bisa menghasilkan kesuksesan jika ditekuni dan dijalani dengan sungguh-sungguh.”