Info Terbaru
Monday, 16 Jun 2025
  • Vlog Ramadhan Pengasuh Tersedia Pada Kanal Youtube Santri Kita

Dari Penjual Agen Snack, Hingga Jadi Juragan Minyak Goreng

Menjadi seorang guru diniyah sekaligus menjalankan usaha keluarga merupakan aktivitas sehari-hari yang dijalani oleh seorang alumni Al-Amanah tahun 2006 ini. Sosok yang bernama M. Nur Qolbi Akbar asal Kalibader-Kalijaten, Kecamatan Taman yang lahir pada 4 September 1991 ini juga merupakan Alumni dari Ponpes Queen Al-Falah Ploso, Kediri, setelah mondok di Ponpes Modern Al-Amanah Junwangi selama 3 tahun pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. 

Akhi berkulit putih ini sekarang berdomisili di Rungkut Lor, Kota Surabaya, mengikuti sang istri. Pengalaman selama mondok di Al-amanah merupakan pengalaman pertamanya jauh dari orang tua. Selama di rumah, akhi berbadan besar dan berperawakan tinggi ini sudah terbiasa dengan segala kenyamanan mulai dari keperluan sekolah hingga bekal sekolah selalu ada yang menyiapkan dirumah, akan tetapi ketika berada di pesantren semuanya dikerjakan sendiri dan serba mandiri, sehingga membuatnya merasa tidak kerasan dan tertekan di pondok.  Namun. seiring berjalannya waktu setelah beradaptasi dengan lingkungan pesantren selama kurang lebih 6 bulan lamanya, akhirnya mulai kerasan tinggal di pondok. 

Banyak hal yang dirasakan Akhi Qolbi ini selama mondok di Al-Amanah Junwangi, di antaranya adalah menjadi lebih disiplin masalah waktu dan dalam hal apapun. Pernah menjadi seorang mudabbir bagian kebersihan menjadi pengalaman tersendiri baginya yang kemudian diterapkan hingga melanjutkan Sekolah Menengah Atas dan nyantri di salah satu pesantren salafi di Kediri. Hal yang paling diingat ketika nyantri di Al-Amanah adalah pengalaman belajar diniyah sore di “Barongan” (Bustanul Wustho), “Ini hal yang saya kangenin di Al-Amanah, belajar menyatu dengan alam,” tuturnya.

Diferensiasi nyantri di Pondok Modern berbasis Bilingual (2 bahasa) kemudian lanjut di Pondok Salafi tentunya sangat terasa. “Waktu itu saya  belum paham betul tentang pelajaran kitab kuning, alhamdulillah saya punya bekal dari Pesantren Al-amanah yakni berbekal 2 bahasa  Arab dan Inggris, akhirnya langsung bisa mengartikan kitab-kitab kuning,” tukasnya. Akhi Qolbi akhirnya bisa mendapatkan ilmu baru tentang kitab kuning yang membuatnya semakin tertantang dengan metode pembelajaran kitab kuning dengan memaknai kitab gundul (pegon). Ketika kelas 2 SMA, beliau terpilih untuk berpidato Bahasa Arab mewakili santri Queen Al-Falah pada acara haflah setelah melalui seleksi dari puluhan santri seangkatannya dengan berbekal pengalaman belajar Bahasa Arab selama di Al-Amanah. 

Lulus dari SMA tahun 2009, Akhi Qolbi kemudian melanjutkan ke Pondok Induk AL-Falah selama 4 tahun dan diberikan kesempatan untuk berkhidmah (mengabdi) sambil Kuliah di STAIN Kediri Jurusan Tafsir Hadist. Di ndalem KH. Fu’ad Djazuli tersebut, beliau diberikan amanah untuk menjadi Ustaz mulai dari struktural kepengurusan kantor sampai dengan struktural guru diniyah. Alhamdulillah, bekal kepengurusan dentri dari pesantren Al-Amanah sedikit demi sedikit bisa diterapkan. Seiring berjalannya waktu, akhirnya beliau lulus kuliah pada tahun 2016 pada usia 25 tahun kemudian menikah dan hingga kini dikaruniai seorang putra. 

Setelah menikah  1 bulan, beliau diminta mertua untuk membantu mengembangkan usaha keluarga yakni produksi minyak goreng di kawasan Rungkut-Surabaya. Berbekal pengalamanan membantu ibu jualan grosir snack di rumah, beliau pun menjalankan usaha mertuanya dengan sungguh-sungguh.

“Waktu itu saya hanya ditugaskan di bagian kasir sambil melihat kondisi sistem kerja, kinerja karyawan, pemasaran produk sendiri dan sambil belajar dengan mertua dari pengalaman awal buka usaha beliau,” tuturnya.

Setelah 3 tahun membantu mertua mengelola usahanya, beliau bersama istri dipasrahi untuk mengelolah penuh usaha tersebut. Mulai dari manajemen hingga produksi minyak goreng, semuanya langsung diawasi langsung oleh Akhi Qolbi dan istrinya. Hingga kini Akhi Qolbi bersama istri sibuk mengurus bisnisnya dan mengelola secara penuh pabrik minyak goreng yang bernama CV. Mandiri Surabaya.

Terakhir, tak lupa Akhi Qolbi berpesan untuk para santri agar tetap semangat Tholibul ilmi, belajar dan mengaji meskipun tidak paham, banyak kesulitan, banyak kendala dalam memahami pelajaran yang sudah diajarkan para asatiz, jangan lupa untuk selalu membacakan Al-Fatihah kepada orang tua, asatiz, masyayikh dll. Juga jangan lupa Selalu mengedepankan adabiyah( tata krama) di manapun berada dengan membawa/menjaga almamater Pesantren Al-Amanah tercinta dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua terutama memuliakan ibu, karena ibu merupakan pusaka (senjata) yang paling ampuh, yang doa-doanya paling mustajab. Selain itu, selalu ingat pesan Romo Kiai bahwa meskipun sudah menjadi alumni jaga selalu 7 kewajiban santri.