Ustaz Ahmad Mansyur, M.Pd., adalah sosok inspiratif yang dikenal sebagai guru sekaligus pimpinan yang penuh dedikasi dan memegang prinsip. Lahir dari pasangan H. Husein Abdullah dan Ibu Wiranti Ana Rosiana, beliau dibesarkan dalam lingkungan yang sarat dengan nilai-nilai keislaman. Kini, beliau menjalani kehidupan harmonis bersama istri tercinta, Niswah Cohnita, S.Psi., dan dua buah hati mereka, Zavier Askar Ibrahim dan Athiyyah Wafirah Putri Ahmad.
Perjalanan pendidikan Ustaz Mansyur dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Kasin, Kota Malang. Selanjutnya, beliau melanjutkan studi ke Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 1 untuk jenjang SMP dan SMA. Di pesantren inilah ia mendapatkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan kedisiplinan dan nilai kebersamaan yang begitu ia rindukan.
Cita-cita masa kecilnya untuk menjadi seorang arsitek sempat menjadi motivasi utama dalam menempuh pendidikan. Namun, pengalaman hidupnya di pesantren, termasuk momen-momen penuh kebersamaan saat melantunkan syair Abu Nawas, menorehkan kenangan yang mendalam dan membentuk karakter beliau. Tantangan hidup, termasuk kehilangan ayahanda tercinta, sempat menggoyahkan semangatnya. Namun, dengan prinsip yang kuat, ia mampu bangkit dan mencatatkan berbagai prestasi, seperti pencak silat dan pengalaman organisasi yang membentuk jiwa kepemimpinannya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Gontor, Ustaz Mansyur melanjutkan studi ke Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk jenjang S1 dan Institut Agama Islam Al-Khoziny untuk jenjang S2. Ketertarikannya pada psikologi dan kepemimpinan terlihat dari buku-buku favoritnya, seperti A Brief History of Humankind, Ikigai, dan Personality Plus. Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag., menjadi tokoh idola yang ia jadikan inspirasi dalam pola pikir dan kepemimpinannya.
Sebagai Kepala Madrasah Aliyah Bilingual Al-Amanah, Ustaz Mansyur memikul tanggung jawab besar untuk mencetak generasi yang unggul dalam akademik, memiliki karakter kuat, dan spiritualitas yang mapan. Menurutnya, prestasi para santri, baik akademik maupun non-akademik, adalah “obat lelah” yang selalu memotivasi dirinya dan seluruh dewan guru. Meski demikian, tantangan tetap ada. Salah satu kendala yang beliau hadapi adalah bagaimana meningkatkan kompetensi para guru agar mampu berprestasi di bidangnya dan menciptakan lingkungan berbahasa yang lebih optimal. Kendati begitu, Ustaz Mansyur tidak menyerah dan terus berupaya menciptakan sistem yang lebih baik.
Di akhir wawancara, beliau menyampaikan tiga harapan besar untuk para santri: 1) Disiplin dan Karakter Kuat. Santri diharapkan memiliki kedisiplinan tinggi dan karakter yang kuat serta kokoh dalam spiritualitas; 2) Bermanfaat bagi Keluarga dan Masyarakat. Ilmu yang diperoleh diharapkan dapat diaplikasikan untuk memberikan manfaat bagi keluarga dan lingkungan sekitar; 3) Kebanggaan sebagai Santri. Beliau berharap para santri selalu bangga dengan identitas mereka dan terus menjunjung nilai-nilai keislaman sepanjang hayat.