Setiap manusia mendambakan hidup bahagia, mempunyai ilmu yang bermanfaat, barokah, dan menginginkan semua urusan dilancarkan, tetapi tidak sedikit manusia menjumpai derita. Manusia memimpikan keberuntungan, tetapi nyatanya malah acap kali mendapatkan kemalangan. Bukannya bergelimang anugerah, manusia justru bergelimang musibah. Jika dalam keadaan seperti ini, Sebaiknya lihat hari-hari yang telah dilewati, sebab kondisi saat ini sejatinya buah dari rentetan perbuatan di masa lalu.
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ ) الشورى:30
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura : 30)
Bila kesulitan dalam menimba ilmu atau rezeki sedang terpuruk, jangan dulu berprasangka buruk, siapa tahu masa lalu kita memang berlumur amal buruk. Saat jerih usaha tidak lagi untung, tetapi malah buntung, jangan buru-buru mutung, siapa tahu tanpa terasa dosa kita sudah tak terhitung. Rasulullah SAW bersabda: “Takutilah dosa, karena dosa dapat menghancurkan kebaikan. Ada dosa yang menyebabkan rezeki tertahan, walaupun sudah dipersiapkan.” Karena itulah, di hadist lain, beliau memberikan jalan keluar: “Barang siapa yang seret rezekinya, beristighfarlah kepada Allah.” (HR Al- Baihaqi)
Orang berdosa disebut dalam Al-Qur’an dengan kata zalim. Secara harfiah, zalim artinya orang yang menjadi gelap. Jika seseorang banyak berdosa, maka hatinya menjadi gelap dan tertutupi. Terdapat satu cara yang bisa mencuci hitamnya kalbu yaitu dengan cara beristighfar. Istighfar merupakan salah satu jalan untuk memohon ampunan. Istighfar mempunyai kedudukan yang tinggi dalam diri manusia.
Istighfar berasal dari kata غفر (ghafara yaghfiru) yang bermakna mengampuni atau memaafkan. Di dalam kamus Al-Munawwir, istighfar diartikan (4 artian) yaitu mengampuni, menutupi, memperbaiki, dan mendoakan. Menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dalam kitabnya Mufradat li Alfadh Al-Qur’an, istighfar adalah meminta ampun kepada Allah SWT dari segi ucapan dan juga perbuatan.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Kebanyakan dosa anak Adam berasal dari mulutnya.” Rasulullah juga bersabda “Siapa yang menahan lisannya, Allah menutup aibnya, siapa yang menahan emosinya, Allah melindunginya dari siksa-Nya, dan siapa yang meminta ampun kepada-Nya, Allah terima permintaan ampunannya.” Dari kedua hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu sumber datangnya maksiat atau dosa yaitu berasal dari lisan.