Penulis novel best-seller Hati Suhita, Ning Khilma Anis, berkesempatan berkunjung ke Pesantren Modern Al-Amanah pada 3 Oktober 2024. Kedatangannya juga sekaligus memenuhi undangan panitia Gebyar Literasi SMP Bilingual Terpadu, yang secara khusus memintanya menjadi narasumber dalam seminar literasi bersama guru dan santri SMP Bilingual Terpadu. Acara ini menjadi puncak Gebyar Literasi dan berlangsung pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Ning Khilma tiba di Pesantren Modern Al-Amanah pada Kamis malam. Setibanya di pesantren, beliau disambut hangat oleh keluarga ndalem. Memuliakan tamu sudah menjadi tradisi yang dijunjung tinggi di Al-Amanah, sehingga acara ramah tamah diadakan sebagai wujud penyambutan dalam nuansa kehangatan bak keluarga sendiri. Setali tiga uang, sambutan hangat keluarga ndalem disambut pula dengan antusiasme dari Ning Khilma dan menjadikan pertemuan ini semakin akrab. Apalagi, acara ramah tamah bertempat di Pendopo Kastil yang didesainnya kental dengan arsitektur Jawa membuat Ning Khilma merasa seperti berada di sebuah Istana Jawa zaman dulu. “Masyaallah serasa berada di zaman kerajaan Jawa dulu. Arsitektur Jawa dan penataan kursi yang didesain bak di istana, membuat saya seolah merasakan nuansa kerajaan zaman dulu,” tuturnya. Hal ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Ning Khilma, apalagi kecintaan dan hobi beliau terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan nilai-nilai jawa begitu besar. Jika diibaratkan, ‘bak anak kecil menemukan mainan kesayangannya.’ Hal inilah yang membuat Ning Khilma lansung kerasan di Al-Amanah.
Menurut Ning Khilma, dari sekian banyak pesantren yang pernah ia kunjungi, Al-Amanah adalah salah satu yang membuatnya merasa sangat kagum dan takjub. Rasa takjub itu bukan hanya karena arsitektur Jawa yang khas, tetapi juga terhadap budaya kebersihan yang diterapkan di lingkungan pesantren. Bapak Pengasuh telah membangun kebiasaan menjaga kebersihan yang luar biasa, sehingga meskipun banyak pohon ditanam, hampir tak terlihat daun kering yang berserakan.
Selain itu, penataan taman dan pepohonan di sekitar Pendopo Wali Songo terus memukau Ning Khilma, membuatnya berulang kali melontarkan pujian. “Melihat penataan pendopo, taman, dan pohon-pohon di sini, saya bisa merasakan betapa visioner pemikiran Bapak Pengasuh. Beliau memikirkan segalanya jauh ke depan,” tuturnya lagi dengan kekaguman.