Info Terbaru
Wednesday, 16 Jul 2025
  • Vlog Ramadhan Pengasuh Tersedia Pada Kanal Youtube Santri Kita

Ramadan: Kisah Inspiratif Khadijah RA Bersama Nabi Muhammad SAW dan Peran Perempuan dalam Meraih Pahala di Bulan Ramadan

Tuesday, 8 July 2025 Oleh : Tim Admin

Oleh: Sri Wulandari,S.I.Kom.

Benar adanya bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa. Salah satu keistimewaan bulan Ramadan adalah bulan turunnya Al-Qur’an. Fawaidur Ramdhani dalam artikel yang dia tulis yang berjudul “Peran Sayyidah Khadijah Saat Nabi Menerima Wahyu Pertama di Bulan Ramadan” menuliskan peristiwa mengenai wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, terjadi pada malam di bulan Ramadan tahun 610 M di sebuah gua yang bernama Gua Hira. Wahyu pertama yang dimaksud adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Beliau melansir keterangan dari Zakky Mubarak dalam artikelnya ‘Sejarah Nabi Muhammad (2): Wahyu Pertama yang Menggetarkan’, dikisahkan bahwa malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Bacalah!” Nabi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Malaikat Jibril lalu menarik dan memeluk Nabi dengan erat hingga beliau kepayahan. Kemudian Malaikat Jibril melepaskan Nabi dan sekali lagi berkata, “Bacalah!” Hal ini berulang sampai tiga kali. Setelah itu, Malaikat Jibril melepaskan Nabi sembari melafalkan Surah Al-Alaq ayat 1-5. 

Setelah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu, Jibril pun meninggalkan Nabi Muhammad SAW sendirian. Dalam keadaan yang masih gemetar, Nabi Muhammad pulang dan menemui istrinya, Khadijah. Nabi Muhammad meminta Khadijah untuk menyelimutinya. Sebagai istri yang cerdas, Khadijah pun dengan tenang menyelimuti Nabi Muhammad SAW. Setelah tenang, Nabi Muhammad SAW mulai menceritakan kejadian yang dialaminya. Beliau juga menceritakan kekhawatirannya. Namun di tengah kekhawatirannya, Khadijah tetap berusaha menenangkan, menghibur dan menguatkan Nabi Muhammad SAW. Lihatlah wahai kaum perempuan, betapa hebat dan bijaksananya sikap Khadijah kepada Nabi Muhammad sebagai seorang istri. 

Kisah Khadijah ini memberi kita pelajaran bahwa perempuan mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah peradaban khususnya kehidupan rumah tangga. Bukan bermaksud menyudutkan perempuan dalam ranah domestik. Namun, kisah ini menjadi inspirasi bahwa perempuan adalah makhluk yang istimewa yang menenangkan dalam setiap kondisi. Kisah ini dapat địjadikan inspirasi juga bahwa perempuan berkesempatan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dan memperoleh pahala dari-Nya melalui kegiatan sehari-hari.

Momen datangnya bulan Ramadan, haruslah menjadi momen di mana perempuan sebagai salah satu makhluk Allah SWT berlomba-lomba untuk menabung pahala. Namun pada momen tersebut, perempuan mengalami dilematis yaitu keadaan yang mengharuskan ia tidak bisa melakukan beberapa ibadah dikarenakan kodratnya seperti haid atau datang bulan, menyusui, dan juga melahirkan. Lalu bagaimana agar perempuan tetap bisa melakukan amalan-amalan lain yang mendatangkan pahala baginya di tengah keadaan yang demikian?

Mengutip penjelasan dari Dr. Asmawati binti Muhammad dari Universiti Malaya, Malaysia dalam situs www.ppi.unas.ac.id, beliau menyampaikan bahwa salah satu amalan yang bisa dilakukan dan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah tadabur Al-Qur’an. Amalan ini dapat dilakukan melalui majelis-majelis ilmu, atau membaca beberapa tafsir dan terjemahan Al-Qur’an. Beliau juga menambahkan, amalan yang dapat dilakukan ketika perempuan sedang haid adalah dengan mencontoh perilaku sayyidah Aisyah istri Nabi Muhammad Saw. Diantara amalan yang dicontohkan oleh Sayyidah Aisyah adalah, Aisyah selalu mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an yang diwahyukan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, karena pada saat itu, Aisyah menemani Nabi Muhammad. Selain itu, Aisyah selalu bersedekah ke tetangga atau orang membutuhkan. Aisyah juga selalu menerapkan kehidupan yang sederhana dan seadanya. Aisyah juga membuka majelis ilmu untuk berdakwah menyebarkan ilmu agama. Aisyah adalah tempat bagi para sahabat dan umat Islam untuk bertanya atau pun meminta pendapat, sehingga Aisyah mendapat julukan Ummul Mukminin atau ibu bagi orang-orang yang beriman.

Wahai kaum perempuan, dari bukti kisah-kisah tersebut marilah kita kembali memperbaiki diri dan tidak berkecil hati. Karena perempuan adalah makhluk unik dengan segala keistimewaannya. wallohu a’lam. 

Sumber bacaan

https://islam.nu.or.id/post/read/85389/sejarah-nabi-muhammad-2-wahyu-pertama-yang-menggetarkan