Laut memiliki peran penting dalam perdagangan internasional, hampir 90% kegiatan ekspedisi barang ekspor impor menggunakan moda transportasi laut, dan sekitar 50% melalui perairan Indonesia. Kondisi tersebut memberikan potensi keuntungan secara ekonomi bagi Indonesia. Namun, juga memberikan konsekuensi bagi pemerintah memberikan garansi keselamatan navigasi di wilayah Perairan Indonesia. Di sinilah peran TNI Angkatan Laut dibutuhkan agar bebas dari ancaman kekerasan, ancaman pelanggaran hukum, ancaman sumber daya laut, dan ancaman bahaya navigasi.
Tidak jauh dari namanya, “Bahri” berasal dari bahasa Arab yang berarti “Laut”. Begitu kiranya salah satu tugas yang dijalankan oleh sosok pria bernama lengkap Sertu Bah Syaiful Bahri (NRP 120032). Sulung dari 3 bersaudara ini merupakan alumni Pesantren Modern Al-Amanah tahun 2013. Ia lahir di Bangkalan, 28 Juli 1995. Selain menjadi TNI AL, Akhi Bahri saat ini sedang menyelesaikan Program studi D4 Ahli Teknologi Laboratorium Medis di Universitas Ma’arif Hasyim Latif Sepanjang-Sidoarjo untuk menunjang kariernya. Selama nyantri di Pesantren Modern Al-Amanah dulu, Akhi Bahri pernah menjabat sebagai dentri bagian Tarbiyah pada peride 2010 – 2011, kemudian pada periode 2011 – 2012 dipercaya menjadi dentri bagian keamanan.
Selama di pesantren, Akhi Bahri pernah menjabat sebagai dentri Tarbiyah pada periode 2010-2011 dan kemudian sebagai dentri Keamanan pada periode 2011-2012. Kenangan terindahnya termasuk kesempatan untuk sering bertemu dengan Pengasuh Pesantren, KH. Nurcholis Misbah, baik saat berolahraga maupun bermain sepak bola. Ia juga menyimpan kenangan berharga mengenai hubungan persahabatan yang terjalin selama mondok, baik dengan teman seangkatan, kakak kelas, maupun adik kelas, yang masih berlanjut hingga kini. Pengalaman tinggal di pesantren juga memberikan Bahri wawasan yang luas tentang berbagai budaya dan pengetahuan agama.
Meskipun kini Akhi Bahri telah menjadi abdi negara,ia tidak pernah melupakan almamaternya sebagai santrinya Abah Nur. Pesan dari KH. Nurcholis Misbah yang selalu diingatnya adalah: “Kesuksesan yang besar berawal dari kesuksesan yang kecil. Jangan pernah meremehkan hal-hal kecil, karena dari hal kecil tersebut bisa jadi lahir kesuksesan besar.” Pesan ini tetap memotivasi Bahri hingga kini.
Perjalanan Akhi Bahri tidaklah instan. Setelah lulus dari Pesantren Modern Al-Amanah pada tahun 2013, ia memulai langkah baru dengan hijrah ke Kalimantan, mengikuti jejak orang tua yang bertugas di sana. Sebelum bergabung dengan TNI AL, Bahri sempat menimba ilmu di STIT Darul Ulum Kotabaru, Kalimantan Selatan, selama dua semester. Pada tahun 2014, ia memutuskan untuk mengikuti tes menjadi abdi negara dan berhasil mencapai tujuannya.
Akhi yang pernah mewakili pesantren dan DEPAG Sidoarjo di Jambore Santri Nusantara tingkat nasional 2012 di Batam ini, awalnya merasa sulit mewujudkan cita-citanya menjadi TNI Angkatan Laut. Ia menghadapi tantangan besar ketika tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya untuk mendaftar sebagai abdi negara. Namun, Akhi Bahri pantang menyerah dan terus meyakinkan orang tuanya karena ini adalah impian dan masa depannya. Setelah mendapatkan restu, ia berhasil melewati tahap pendaftaran dan seleksi yang ketat dari 3.300 pendaftar, di mana hanya 150 orang yang diterima, termasuk Akhi Bahri.
Pencapaian tersebut merupakan hasil dari doa dan usaha Akhi Bahri, termasuk selama Pendidikan Dasar Militer yang berlangsung 11 bulan. Pengalaman kemandirian yang diperolehnya di pesantren sangat membantu dalam menjalani pendidikan militer yang berat tersebut. Akhi Bahri telah bertugas di hampir seluruh perbatasan wilayah Indonesia, dari Sabang hingga perbatasan laut Cina Selatan. Pada tahun 2018, ia menikah dan kini memiliki seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Pada tahun 2019, Akhi Bahri mendapat penugasan di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya, memungkinkan ia untuk dekat dengan keluarga kecilnya sambil tetap menjalankan tugasnya sebagai abdi negara.
Sebelum mengakhiri kisahnya, Akhi yang juga berjodoh dengan Robiatul Adawiyah dari angkatan yang sama, menitipkan pesan kepada seluruh santri di pesantren: “Semua program dan kegiatan pesantren mungkin terasa melelahkan, namun tanpa kita sadari, kita sedang membangun masa depan kita. Jangan pernah menyerah dan teruslah semangat dalam menuntut ilmu di pesantren.” AKhi Bahri juga menegaskan bahwa keberkahan dan nilai yang diperoleh sebagai santri akan menjadi pegangan ketika kita berada di tengah masyarakat. Yakinlah bahwa setiap kebaikan, sekecil apapun, akan kembali kepada kita atau keluarga kita di kemudian hari. Jadi, jangan ragu untuk berbuat baik di mana pun dan dalam hal apa pun. EE.