Info Terbaru
Wednesday, 23 Jul 2025
  • Vlog Ramadhan Pengasuh Tersedia Pada Kanal Youtube Santri Kita

Gus Mohammad Ulil Albab, 

Monday, 16 June 2025 Oleh : Tim Admin

Melangkah dengan Ilmu dan Memimpin dengan Hati

Mohammad Ulil Albab, sosok yang lebih akrab disapa Gus Ulil, ini lahir di Sidoarjo, 19 April 1989. Beliau merupakan putra kedua dari KH Nurcholis Misbah dan Ibu Nyai Hj. Rifaatul Mahmudah, pendiri dan pengasuh Pesantren Modern Al-Amanah. Saat ini Gus Ulil diberi amanah sebagai Kepala SMP Bilingual Terpadu 2.

Perjalanan karier Gus Ulil sebelum diberikan amanah sebagai kepala sekolah, bisa dikatakan cukup panjang. Semasa kecil beliau menempuh pendidikan di SDN Junwangi 2. Setelah lulus dari sekolah dasar, Gus Ulil memantapkan hati untuk menempuh pendidikan di pondok pesantren, tepatnya di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah yang beralamat di Jl. Raya Raci Pondok no 51, Kel Raci. Kec. Bangil, Kab. Pasuruan, Prov. Jawa Timur. Beliau menimba ilmu agama di pesantren ini sekitar 10 tahun, dengan menempuh pendidikan dari madrasah tsanawiyah hingga perguruan tinggi. Bukanlah waktu yang sebentar beliau menghabiskan masa mudanya menimba ilmu di pondok pesantren hingga memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam, setelah menempuh pendidikan tingginya di jurusan Tarbiyah. Selama di pesantren, beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi di pesantren seperti menjadi Dewan Pengurus Bahasa Arab, anggota Lemka (Lembaga Kaligrafi), serta anggota tim mading pesantren.

Gus Ulil memantapkan hatinya selama mondok, dengan memegang teguh prinsipnya yaitu “Saya tidak akan keluar atau boyong dari pesantren, selama Bapak (KH Nurcholis Misbah) tidak meminta saya untuk pulang,” ujar beliau dalam benaknya. Akhirnya, sekitar tahun 2012, Gus Ulil diminta oleh Sang Ayah untuk pulang. Kepulangan beliau dari pesantren bukan berarti istirahat dalam mencari ilmu. Ketika beliau pulang, beliau diminta mengabdikan ilmunya dengan menjadi pengajar di SMP Bilingual Terpadu selama satu tahun.

Semangat untuk terus memperdalam ilmu, ada pada diri Gus Ulil. Tak selang begitu lama, Gus Ulil kemudian mendapat perintah oleh Sang Ayah untuk memperdalam ilmu yang didapatkan beliau selama di pesantren dengan mondok lagi di Ma’had Nurul Haromain Pujon, Ma’had Pengembangan dan Da’wah yang berlokasi di Kaki Gunung Pujon, tepatnya di Kecamatan Pujon Kab. Malang bagian barat. Beliau menghabiskan waktu selama tiga tahun (2014—2017) menempuh dan memperdalam ilmu agama dan dakwah di pesantren ini. Setelah tiga tahun berselang, Gus Ulil kembali ke kediamannya dan menjadi Kepala Kepengasuhan Putra di Pesantren Modern Al-Amanah selama tiga tahun pula. Barulah pada tahun 2020, beliau diberikan amanah oleh Bapak Pengasuh untuk menjadi Kepala SMP Bilingual Terpadu 2 hingga saat ini.

Menjadi kepala sekolah di sekolah yang tergolong baru menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Gus Ulil. Meskipun keputusan untuk menjadi kepala sekolah sesuai dengan kehendaknya untuk mengenal lebih dalam dunia pendidikan, namun beliau merasa bingung pada awalnya. Akan tetapi, beliau merasa dengan adanya hubungan yang baik antarlembaga di bawah naungan Pesantren Modern Al-Amanah, beliau yakin bisa menjalankan amanah dari Bapak Pengasuh dengan penuh tanggung jawab. Hal tersebut Gus Ulil buktikan dengan manajemen yang beliau jalankan bersama dengan tim dan ustaz/ustazah SMP Bilingual Terpadu 2 yang membuahkan hasil dengan diraihnya predikat “A” pada akreditasi sekolah tahun 2023 lalu.

Sebagai kepala sekolah sekaligus putra dari pengasuh Pesantren Modern Al-Amanah, tidak membuat beliau menjadi sosok yang jemawa. Tak jarang beliau sering blusukan ke kamar para santri saat siang maupun malam. Hal tersebut beliau lakukan untuk membangun komunikasi yang baik antara santri dengan pihak sekolah atau pun pengurus pesantren. Dalam beberapa kesempatan pula, Gus Ulil juga menyempatkan komunikasi secara langsung dengan para santri di kamar atau bahkan bermain catur bersama. Beliau juga sering menemui hal-hal yang tak diduga sebelumnya selama blusukan ke kamar santri. Terkadang ketika bertemu santri baru yang belum mengenal Gus Ulil, beliau dipanggil akhi (sebutan untuk teman atau saudara laki-laki). Hal-hal kecil nan menggelitik tersebut juga menjadi salah satu hiburan beliau di tengah padatnya kegiatan di sekolah dan pesantren.

Harapan yang cukup besar dari Gus Ulil bagi santri Pesantren Modern Al-Amanah yakni para santri bisa memiliki kualitas sebagai seorang santri di manapun berada. Kualitas seorang santri ini dimaksudkan memiliki jiwa qur’ani dan kitab. Selain itu, akhlak sebagai seorang santri, khususnya santri Pesantren Modern Al-Amanah harus tetap dijaga sampai kapan pun. Meskipun nanti sudah tidak lagi menempuh pendidikan di pesantren, akhlak para santri tetap terjaga dengan baik. Selain itu, Gus Ulil juga berharap para santri bisa menorehkan berbagai prestasi di bidang akademik maupun nonakademik, khususnya pada bidang Al-Qur’an dan kitab kuning.

Gus Ulil berpesan kepada para santri untuk selalu patuh dan istikamah mengikuti arahan dari pengasuh yakni KH Nurcholis Misbah dan Ibu Nyai Hj. Rifa’atul Mahmudah. “Sabar atas semua hal yang ada di pesantren mulai sabar menuntut ilmu hingga sabar akan tata tertib yang ada. Ikuti dengan baik semua arahan dari pengasuh serta ustaz/ustazah. Dan jangan lupa jadikan Al-Qur’an dan kitab sebagai sahabat yang selalu menemanimu dalam setiap kondisi baik suka maupun duka,” ujar Gus Ulil. 

Dari sepenggal kisah kehidupan Gus Ulil ini semoga kita bisa mengambil ibrah bahwa semakin dalam ilmu yang kita pelajari, maka kita mengetahui bahwa masih banyak ilmu yang masih belum kita ketahui. Sehingga, mencari ilmu tak pernah ada batasan waktu dan tempat. Selain itu, jika kita berpegang pada prinsip keilmuan maka niscaya perjalanan hidup terasa lebih mudah. AHP