Saat ini, Bumi Kinanah telah menjadi salah satu rujukan bagi para penuntut ilmu. Dari berbagai belahan dunia mereka berondong-bondong menuju kiblat keilmuan. Entah mengapa mereka rela meninggalkan sanak keluarga dan kampung halaman mereka untuk belajar di tempat nan jauh ini. Perlu kita ketahui bahwa Bumi Kinanah merupakan sumber keilmuan Islam dari 1000 tahun silam bahkan lebih. Menara-menara masjid menjulang tinggi nan megah di setiap desa dan kota menjadi saksi bisu akan agungnya peradaban Islam di bumi seribu menara tersebut.
Adapun benteng keilmuan di Bumi Kinanah yang masih bertahan bahkan masih eksis di tengah-tengah lingkungan masyarakat modern adalah Universitas Al-Azhar. Namanya harum semerbak di seantero dunia. Bagi kalangan kaum sarungan, Azhar telah menorehkan tinta emasnya dalam bidang keilmuan. Hampir mayoritas rujukan referensi keilmuan dari ulama hingga kitab turast karya ulama Azhar patut dijadikan bahan referensi bahkan menjadi manhaj berpikir dalam berilmu dan beragama.
Patut disyukuri, dengan besarnya jas Al-Azhar di mata dunia, beberapa alumni Pondok Junwangi telah menjadi bagian dari pelajar Azhar. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, akan tetapi rasa kekeluargaan antara alumni sangatlah erat, “Kuantitas boleh sedikit akan tetapi kualitas dari setiap individu itu yang harus dikedepankan,” tutur salah satu alumni yang berada di sana. Keluarga UMMAH Kairo merupakan sapaan hangat bagi alumni di sana. Tanah rantau nan jauh dari kampung halaman memang menanamkan rasa nyaman tersendiri bagi setiap individu anggota UMMAH Kairo.
Beberapa aktivitas dan kegiatan disemarakkan untuk mengayomi dan mengikat rasa kekeluargaan antara anggota. Kajian-kajian diadakan untuk mempersiapkan para alumni yang baru menginjakkan kaki di Bumi Kinanah agar siap belajar di bawah kaki-kaki masayikh Azhar. Adapun kegiatan yang paling ditunggu-tunggu anggota keluarga Ummah Kairo adalah Ziarah Mahabbah. Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang diselenggarakan setiap tahunnya untuk menyambung tali silaturrahmi dengan masyakikh serta berziarah ke makam orang-orang salih dan terkenal, seperti Syekh Mutawalli Sya’rawi, Imam al-Dasuqi, Nabi Daniel, dll.
Hal yang berbeda dalam Rihlah kali ini adalah perjalanannya ditempuh dengan menumpangi mobil kendaraan umum atau “ngeteng” dengan jumlah pengikut sekitar 25 orang. Sekilas mungkin berat dan tidak nyaman. Akan tetapi, di balik itu terdapat nilai-nilai pendidikan yang luar biasa seperti rasa kekeluargaan anggota diuji dalam suka dan duka, rasa keberanian untuk menjelajahi daerah-daerah semakin kuat, dan yang terpenting setiap alumni memiliki ketersambungan rasa dan roh terhadap para masayikh.
Adapun kegiatan rutinan UMMAH Kairo yang tidak kalah penting adalah Salawatan serta “Sambung Roso”. Kegiatan ini dinilai sangat penting karena dasar kegiatan ini diselenggarakan memiliki esensi luar biasa. Esensi dari kegiatan ini adalah selalu menyambung dan memupuk rasa cinta para alumni terhadap baginda Nabi Muhammad SAW dan kegiatan ini menjadi sebab akan dapat berkumpulnya anggota UMMAH Kairo bersama baginda Nabi Muhammad SAW.
Perkumpulan ini tidak didasarkan pada aspek material saja seperti kesejahteraan anggota atau membuat jaringan antaranggota Ummah Kairo ketika nanti di Indonesia, melainkan memiliki esensi jauh lebih dari itu yaitu agar rasa kekeluargaan ini tidak lekang di dunia bahkan ketika di akhirat kelak. Semoga keluarga ini senantiasa dianugerahi oleh Allah SWT nikmat berkumpul dengan berkah cinta terhadap Kanjeng Nabi Muhammad SAW.