Oleh: Laili Abidah, S.Pd.
“Jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka-Mu bakarlah aku di dalamnya dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga-Mu haramkanlah aku daripadanya. Namun, jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu jangan palingkan wajah-Mu dariku.” Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/539051/10-syair-cinta-allah-sufi-wanita-rabiah-al-adawiyah
Kisah-kisah tentang Rabiah Al-Adawiyah menginspirasi banyak orang untuk mengejar ketulusan, keikhlasan, dan kasih sayang kepada Allah dan sesama. Meskipun hidup pada abad ke-8, warisan spiritualnya tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dalam tradisi sufi dan Islam secara umum. Rabi’ah Al-Adawiyah, tokoh sufi wanita yang terkenal akan kecintaannya kepada Allah. Bahkan saking cintanya kepada Allah, Rabi’ah pernah mengungkapkan dalam syair tersebut di atas bahwa dia rela masuk neraka asalkan Allah tidak memalingkan wajah-Nya dari Rabi’ah.
Salah satu kisah terkenal adalah ketika Rab’iah membawa dua buah lampu minyak dan seikat kayu ke dalam gubuknya. Ketika ditanya mengapa membawa dua lampu minyak, ia menjawab bahwa satu lampu minyak untuk mengusir kegelapan dan yang satunya untuk menyala sebagai tanda kecintaan kepada Allah. Ketika ditanya tentang seikat kayu, ia berkata bahwa ia ingin menjaga agar api cinta kepada Allah tetap menyala di dalam hatinya, bahkan jika itu hanya seikat kayu.
Kisah Rabi’ah merupakan salah satu dari sekian banyak kisah inspirasi tokoh muslim dunia. Semuanya memberikan kita motivasi untuk senantiasa ingat tujuan utama Allah menciptakan manusia yang tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Ada banyak bentuk ibadah yang bisa kita lakukan. Salah satunya beribadah ke Haramain. Ibadah ke tanah suci Mekkah dan Madinah merupakan impian seluruh umat Islam. Selain karena “panggilan”, beribadah ke Haramain menjelma menjadi healing terindah untuk menikmati quality time kita dengan Sang Pencipta dan Baginda Rasul Muhammad.
Izinkan penulis berbagi pengalaman selama menjalankan ibadah umroh ke tanah suci Mekkah dan Madinah. Berada di antara lima ribuan jamaah umroh adalah hadiah terindah yang belum pernah diduga sebelumnya. Malu rasanya diri ini kepada Allah karena sempat ragu, mungkinkah Allah sampaikan kami beribadah di Haramain. Ternyata keraguan itu ditepis dengan Mahakuasa Allah. 23 November 2023, menjadi momentum tidak terlupakan bagi kami, karena Allah takdirkan kami berangkat memenuhi panggilan-Nya.
Kami beserta rombongan tiba di Madinah 24 November 2023. Hawa kota Madinah yang sejuk serta lalu lalang jamaah umroh yang berangkat menuju Masjid Nabawi semakin mengguyur kehausan hati ini. Gemuruh di kalbu ingin segera beranjak menuju Masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad setelah Hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M. Dan, sesampainya di pelataran Masjid, tanpa aba-aba, bulir air mata jatuh berlinangan. Tidak hanya kami, tapi nyaris sebagian besar jamaah lain juga mengalami hal yang sama. Energi spiritual yang tidak bisa diungkapkan dengan rangkaian kata indah apapun. Damai, itulah kesan kali pertama menginjakkan kaki di bumi Madinah. Di Masjid ini, bersemayam insan paling mulia, kami semua menahan rindu ingin berziarah ke makam Sang Terkasih. Saat harapan dan do’a itu terijabah serta nyata di hadapan kami, tentu hanya air mata kesyukuran yang mampu mewakili buncahan rindu tak bertepi ini.
Selama di Madinah, kami mengikuti program Arba’in (salat jama’ah selama 40 waktu). Seluruh jemaah mengikuti dengan penuh antusias, bahkan sebelum waktu salat tiba, pelataran masjid sudah dipenuhi oleh jemaah. Ibrah (pelajaran) paling berharga saat mengikuti program Arba’in ini adalah sejatinya hidup kita ini hanyalah menunggu kapan waktu salat. Adapun kerja dan aktivitas ibadah lain adalah cara kita menggunakan kesempatan waktu sambil menunggu datangnya waktu salat.
Sudut terpenting dan puncak magnet kota Madinah adalah Raudhah. Di Masjid Nabawi, Raudhah adalah suatu tempat yang berada di antara makam Nabi Muhammad dan mimbar tempat beliau melakukan khotbah. Bukan hanya itu, tempat ini juga selalu digunakan Nabi Muhammad salat sampai akhir hayatnya.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah pernah bersabda, “Dari Abdullah bin Zaid Al-Mazini, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Tempat di antara rumahku (makam) dan mimbarku ini adalah Raudhah (kebun) di antara beberapa kebun surga. (HR. Bukhari)”
Dalam penjelasan lain, para ulama menyebutkan dua makna dari Raudhah. Pertama, Raudhah adalah suatu tempat mulia yang dicintai Allah dan akan dipindah ke surga. Kedua, Raudhah dimaknai sebagai salah satu tempat jika orang beribadah di tempat tersebut akan mengantarkannya masuk surga. Sebab itulah, banyak jemaah yang rela mengantre untuk bisa masuk ke dalam Raudhah. Lagi dan lagi, di tempat ini, seakan seluruh kerinduan tertumpah penuh haru.
Setelah paripurna mengikuti program Arba’in, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Mekkah. Sedih dan bahagia, sedih karena harus meninggalkan Kota Madinah yang begitu tenang dan damai. Kental terasa rahmatan lil ‘alamiin Sang Rasul. Tapi kami yakin, Allah akan kembalikan kami berziarah ke Madinah bersama seluruh umat Islam. Bahagia karena sebentar lagi, keajaiban yang lain menanti yaitu melihat Ka’bah.
Kami ambil miqot di Ji’ranah. Menurut sejarah, Rasulullah pernah bermukim di sini selama 13 hari, kemudian bermiqat untuk melakukan umrah beliau yang ketiga kali di kampung ini. Tempat di mana Rasulullah berihram kemudian dibangun Masjid Ji’ranah. Selepas itu, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat kami menginap. Qadarullah, jarak hotel dengan Masjidil Haram sangat dekat, hanya butuh waktu 2 – 3 menit berjalan kaki menuju Masjidil Haram.
Tiba saatnya kami melakukan umroh pertama. Ada perasaan bergetar dan berdebar karena sebentar lagi kami akan melihat Ka’bah. Proses ibadah telah kami lewati dengan penuh keihklasan dan mengharap ridhonya Allah Swt. Tak terasa, 4 hari kami berada di Kota Mekkah. Saat thawaf wada’ tiba, hati kami kembali bersedih. Rasanya benar-benar berat meninggalkan Kota Mekkah, Ka’bah, dan segala hal di dalamnya. Keinginan seluruh jemaah tentu sama, ingin kembali melaksanakan ibadah umroh dan haji di Haramain. Sungguh indah beribadah berjamaah, hari-hari terasa ringan tanpa ada rasa lelah, semua lisan berzikir setiap saat seraya berdoa semoga Allah senantiasa meridai setiap langkah.
Ya Allah, jadikan kami seorang muslim yang Engkau ridai. Jangan Engkau palingkan hati kami setelah petunjuk datang menghampiri kami. Takdirkan kami semuanya bisa beribadah ke Mekkah dan Madinah, berziarah ke makam Rosulullah, melihat Ka’bah, minum air zam-zam secara unlimited dan segala keindahan ibadah di Haramain. Aamiin. Semoga secuil pengalaman rohani ini bermanfaat.