Oleh: Dwi Aningtyas P. S.Pd.
Perubahan dan pembaruan dalam dunia pendidikan merupakan sebuah keniscayaan yang harus direspons dengan bijak oleh para pendidik. Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka, pendekatan deep learning hadir sebagai strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman yang mendalam, kemampuan berpikir kritis, dan pelibatan aktif peserta didik dalam proses belajar. Sebagai guru, saya melihat bahwa pendekatan ini sejalan dengan kebutuhan zaman dan mampu menjawab tantangan pendidikan masa kini yang tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan konten, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kompetensi esensial abad ke-21.
Sebagai seorang guru, saya memandang pendekatan deep learning sebagai salah satu strategi yang sangat relevan dan mendukung esensi Kurikulum Merdeka. Pendekatan ini mendorong saya untuk tidak hanya fokus pada penyampaian materi, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, rasa ingin tahu, dan pemahaman yang mendalam pada diri peserta didik. Dalam praktiknya, deep learning membuat proses pembelajaran menjadi lebih hidup, kontekstual, dan bermakna, karena siswa diajak untuk terlibat aktif, mengeksplorasi, serta merefleksikan pembelajaran yang mereka alami. Tidak jarang saya mendapati bahwa peserta didik menunjukkan antusiasme yang lebih tinggi saat pembelajaran dikaitkan dengan realitas di sekitar mereka dan ketika mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan secara terbuka.
Pendekatan deep learning juga menuntut saya untuk melakukan transformasi dalam merancang pembelajaran. Saya harus mampu menciptakan pengalaman belajar yang menantang, menginspirasi, dan relevan dengan kehidupan nyata peserta didik. Tidak cukup hanya dengan menjelaskan konsep di papan tulis, saya perlu mengaitkan materi pelajaran dengan konteks sehari-hari, memberikan ruang untuk diskusi, kolaborasi, dan eksplorasi, serta membiasakan siswa untuk berpikir reflektif. Hal ini menjadikan peran guru lebih dari sekadar pengajar; guru menjadi fasilitator, pembimbing, dan mitra belajar bagi siswa. Tantangan ini memang tidak mudah, tetapi sejalan dengan semangat merdeka belajar yang menghargai proses dan mendorong kemandirian peserta didik.
Melalui pendekatan ini pula, saya menyadari bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, potensi, dan minat yang unik. Deep learning memberikan ruang diferensiasi dalam pembelajaran, memungkinkan saya untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan individu siswa. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih inklusif dan menghargai keberagaman, sekaligus mendorong siswa untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kapasitas dan keunikan masing-masing. Saya juga melihat bahwa penerapan asesmen formatif dan reflektif sangat membantu dalam memahami sejauh mana proses berpikir siswa berkembang, bukan semata-mata berfokus pada hasil akhir atau nilai ujian.
Oleh karena itu, saya meyakini bahwa penerapan deep learning bukan hanya mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, tetapi juga memperkuat kualitas pendidikan secara keseluruhan. Jika diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, pendekatan ini mampu mencetak generasi pembelajar sejati yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga adaptif, kolaboratif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Sebagai guru, saya merasa tergerak untuk terus belajar, berinovasi, dan berkembang demi memberikan pembelajaran terbaik bagi peserta didik di era yang terus berubah ini. Dalam deep learning, saya menemukan harapan baru bahwa pendidikan Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih bermakna, berpihak pada siswa, dan siap menyiapkan generasi masa depan yang unggul dan berdaya saing global.