Salah satu ajaran yang diatur dalam rangka untuk memperoleh jalan terbaik itu adalah perintah untuk berpuasa. Puasa merupakan ibadah untuk Allah. Seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhan-nya dengan meninggalkan apa-apa yang dicintai jiwa dan nafsunya baik makanan ataupun minuman maupun hal lainnya. Dari hal tersebut, terlihat ketulusan iman seorang hamba, kesempurnaan penghambaannya, kecintaannya kepada Allah SWT dan harapnya kepada pahala-Allah. Karena seseorang tidaklah meninggalkan apa-apa yang dicintainya kecuali untuk sesuatu yang lebih agung. Karena itu hendaknya kita termasuk mereka yang berpuasa demi mengharap apa-apa yang ada di sisi Allah. Di antara hikmah puasa: seorang hamba memperoleh ketakwaan, sebagaimana firman Allah -ta’âla- dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183 :
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa taqwa akan berfungsi manakala umatnya berupaya secara maksimal menempuh jalan-jalan Allah. Dengan cara menghayati dan mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana telah diatur dalam agama islam.
Di tengah kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan modern ini, di era society 5.0 esensi puasa seringkali tereduksi menjadi sekadar ritual menahan lapar dan haus dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Padahal, hakikat puasa jauh lebih dalam dari itu. Banyak hal-hal yang harusnya dapat kita lakukan di bulan Ramadan untuk mendapatkan berkah, akan tetapi tidak kita lakukan karena kita terlalu sibuk dengan kehidupan di era society 5.0 ini. Puasa, bagi umat Islam, adalah ibadah yang sangat mulia. Menurut bahasa, puasa berarti menahan. Dalam sumber lain disebutkan bahwa puasa berarti menahan dan diam dalam segala bentuknya, termasuk menahan atau diam dari berbicara.
Dalam era modern ini, hakikat puasa masih sama akan tetapi konteks dan tantangan yang dihadapinya berbeda. Era society 5.0 yang ditandai dengan integrasi teknologi digital ini membawa tantangan tersendiri bagi pelaksanaan ibadah puasa. Seperti halnya, adanya distraksi digital dapat mengganggu fokus dan kekhusyukan beribadah, godaan konsumerisme atau budaya konsumtif yang semakin besar juga dapat mengalihkan esensi puasa yang sebenarnya menjadi sebagai latihan kesederhanaan, adanya gaya hidup yang serba cepat seperti kesibukan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari yang padat juga akan dapat menyulitkan pengaturan waktu untuk beribadah merupakan beberapa contoh dari tantangan berpuasa dalam era ini. Selain itu, tantangan yang paling besar adalah kesulitan menjaga konsistensi dalam beribadah di tengah kesibukan dunia digital. Teknologi digital sebenarnya memberikan manfaat kemudahan dalam berkomunikasi, dan mengakses informasi. Namun nyatanya, kita seringkali terlena Scroll-scroll terus sampai akhirnya waktu kita terbuang begitu saja.
Sebenarnya puasa di era modern ini membutuhkan kesadaran, pengendalian diri, dan refleksi yang lebih mendalam. Harusnya jika kita sebagai umat muslim dapat memahami hakikat puasa secara komprehensif, kita akan dapat meraih manfaat spiritual dan sosial yang optimal. Kita tidak perlu khawatir akan tantangan yang dihadapi dalam era 5.0 tersebut. Tantangan itu dapat kita hadapi dengan peluang yang ada. Ramadan di era ini dapat memberikan kita kesempatan berinovasi untuk beribadah. Berbagai aplikasi dan platform digital dalam gawai kita dapat kita gunakan untuk mengatur jadwal kita beribadah, mengingatkan waktu sholat, berdonasi secara online, memberikan motivasi kepada sesama muslim bahkan memperkaya ilmu ibadah kita. Generasi muslim harus tetap melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan kualitas ibadah. Sehingga kita akan dapat membentuk pribadi yang bertakwa.
Dengan demikian, puasa di era society 5.0 dapat menjadi momen yang lebih produktif dan bermakna asalkan kita sebagai umat muslim mampu mengelola dengan bijak dan tetap berpegang pada nilai-nilai agama. Puasa mengajarkan kita untuk hidup dengan lebih bermakna. Ia mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga tentang memperhatikan kebutuhan spiritual yang jauh lebih penting. Teknologi harus digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas ibadah. Puasa mengundang kita untuk kembali ke inti kehidupan, menyadari bahwa segala yang kita miliki adalah titipan dan bahwa setiap detik kehidupan ini adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik, lebih sabar, dan lebih penuh kasih.