Info Terbaru
Friday, 26 Jul 2024
  • Vlog Ramadhan Pengasuh Tersedia Pada Kanal Youtube Santri Kita

Konsultan Pendidikan PBB Bagian Asia Berikan Pencerahan Kepada Dewan Guru Pondok Junwangi

Rabu, 02 Januari 2019 menjadi awal kegiatan di pesantren setelah liburan semester satu Mengawali agenda di tahun baru ini, alhamdulillah para guru mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu bersama bapak Mustafa Yamin, Med. Beliau adalah konsultan pendidikan Washington DC dan pengarang buku THIS IS THE WAY HOLISTIC ENGLISH. Seminar pendidikan kali ini dilaksanakan di gedung Siti Zahra dan berjalan sangat baik. Berikut poin penting yang bisa kita ambil pelajaran dari seminar kali ini:

A. Pendidikan Adalah Ruh Peradaban
Kalau kita membaca sejarah kerajaan yang pernah dimiliki bangsa Indonesia, memori kita akan spontan menyebut Sriwijaya dan Majapahit. Kedua kerajaan besar ini mencatat sejarah besar dalam peradaban bangsa Indonesia. Ironisnya, sampai detik ini nyaris kita tidak menemukan sisa jejak kejayaan kerajaan tersebut di negara kita. Keduanya akhirnya menjadi bagian dari sejarah, bahwa bangsa Indonesia pernah memiliki dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Saat ini, Indonesia bersatu dalam naungan NKRI, jangan sampai apa yang dialami Sriwijaya dan Majapahit akan dialami oleh anak cucu kita dan muncul kalimat “dulu kita pernah punya NKRI” (na’udzubillah)
Untuk mengantisipasi itu semua, pendidikan-lah jawabannya. Kita harus serius dalam melaksanakan proses pendidikan agar diperoleh output yang berkualitas. Karena output itu tergantung proses, jika prosesnya baik maka baik pula output yang dihasilkan.
Selanjutnya, berikanlah doktrin yang baik. Kalau boleh jujur sistem pendidikan kita (baca; doktrin yang diberikan selama ini) sengaja di desain untuk menghancurkan bangsa ini. Contoh kecil; ketika kita diminta menggambar dalam waktu kurang dari 10 detik, maka serempak kita akan menggambar gunung, matahari di tengah gunung tersebut, ada jalan di depan gunung, dan seterusnya. Doktrin itu mengakar dari Sabang sampai Merauke. Sama ketika kita bertanya, kalau besar ingin jadi apa? Secara tidak sadar kita memberikan doktrin kepada anak sejak kecil bahwa mereka nanti harus jadi pekerja, bukan creator/pencipta maupun owner/pemilik. Hal ini tidak boleh terus dibiarkan agar bangsa ini tidak hancur. Karena, ruh peradaban suatu bangsa adalah pendidikan.

B. Tiga Kekuatan Bangsa Indonesia
Kita harus tahu bahwa bangsa kita memiliki 3 kekuatan yang besar dan tidak dimiliki oleh bangsa lain. 3 kekuatan itu adalah:

1. Bangsa Indonesia adalah bangsa TERCERDAS di dunia
Pertanyaan yang muncul pertama kali ketika mendengar statement tersebut ialah, “masak sih?”. Karena, doktrin yang disajikan kepada kita dan generasi muda yang sedang belajar mengatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-124 di dunia dalam sistem pendidikan. Data itu seakan mengatakan, “Wahai bangsa Indonesia, kalian semuanya adalah orang yang bodoh”. Anehnya, kita seakan mengamini statement tersebut. Secara tidak sadar, asumsi itu mengkerdilkan motivasi kita dalam belajar.
Fakta menunjukkan bahwa mayoritas tenaga ahli di negara besar seperti China, Jepang sebagian besar berasal dari Indonesia. Seandainya para tenaga ahli itu kemudian pulang ke Indonesia, maka bisa dipastikan perusahaan tersebut akan collapse. Karena, memang sejatinya orang Indonesia adalah orang yang cerdas.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Perhatikan deskripsi berikut. Kita hidup di negara yang memiliki iklim yang bagus, sinar matahari terus ada yang menyebabkan segala macam buah, sayur dan tanaman bisa tumbuh subur. Ketika kita hendak memasak sesuatu, pastilah kita memilih bahan masakan (sayur, ikan) dengan kualitas terbaik dan bisa dipastikan tiap hari selalu berlimpah stoknya di negara kita. Siapapun pasti sepakat bahwa buah, sayur, ikan yang kita konsumsi memiliki kandungan vitamin yang sangat tinggi. Ketika makanan tersebut masuk ke dalam tubuh kita, pasti vitamin yang berguna akan diserap oleh otak kita dan itu berpengaruh terhadap kecerdasan. Bandingkan dengan negara lain yang ditakdirkan hanya memiliki 4 musim. Ketika musim dingin tiba, yang mereka konsumsi adalah makanan yang sudah dibekukan dan cepat saji (tidak segar lagi). Ketika dikonsumsi pun nilai gizinya tidak setinggi yang kita punya. Mereka “membaca” situasi itu. Muncullah politik dalam benak mereka yaitu mereka mengimpor sayur, ikan, dan buah kita. Sebaliknya, mereka mengekspor gaya makanan cepat saji kepada kita yang akhirnya berdampak terhadap kegemaran mengkonsumsi sayur. Generasi muda kita dijejali dengan gaya hidup makan di resto cepat saji dan membuat mereka enggan mengkonsumsi sayur dan buah lagi. Padahal, di negara asal makanan cepat saji ini, makanan tersebut biasanya dikonsumsi oleh pekerja kasar/kuli dan peminta-minta.
Maka, sejatinya kita ini adalah bangsa yang cerdas. Masalahnya kita tidak sadar kalau kita cerdas.

2. Bangsa Indonesia adalah bangsa TERKAYA
Pernyataan tersebut sudah tidak diragukan lagi. Kita dianugerahi oleh Allah kekayaan yang melimpah ruah. Kita memiliki gunung emas, uranium, batu bara, gas, hutan, ikan, dsb. Semua itu hanya dimiliki bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indonesia adalah bangsa SUPER POWER
Hasil penelitian para ahli sejarah mengatakan bahwa ada sebuah negara super power yang peradabannya telah ada sejak 11 ribu tahun lalu dan negara itu adalah Indonesia. Buktinya adalah, ketika jasad Fir’aun ditemukan dan hendak akan dijadikan mumi secara otomatis penduduk Mesir mencari bahan untuk membuat balsam yang akan digunakan untuk mengawetkan jenazah. Maka, penduduk Mesir melakukan perjalanan menuju Indonesia tepatnya di daerah Barus, Sumatera Utara. Sejarah tersebut diceritakan oleh Syeikh Al Azhar.

Tapi catatan kelam sejarah mendoktrinkan bahwa Indonesia adalah bangsa terjajah. Dan, semua doktrin itu menghancurkan Indonesia. Bangsa lain tahu jika Indonesia sadar akan kekuatan yang dimiliki, maka mereka akan sulit “merampok” Indonesia.

C. Penyakit Kronis Yang Menyerang Bangsa Indonesia

Ada 3 penyakit kronis yang kita miliki:

1. LATAH

Kita sering mengikuti arus yang terjadi di hadapan kita tanpa ada kemauan dan kemampuan untuk menyeleksi hanya karena ingin mendapat predikat trendy, update/kekinian. Nyaris hampir seluruh warga Indonesia memakai barang berdasarkan trend bukan fungsi. Contoh; seseorang sudah memiliki HP dengan type cukup bagus dan kondisinya masih sangat bagus. Lantas, beberapa bulan kemudian muncul HP baru lagi dengan aplikasi yang menggiurkan dan jadi idola. Akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan trend tadi, seseorang tersebut tanpa pikir panjang membeli produk yang terbaru agar tidak di-cap sebagai orang JaDul (Jaman Dahulu). Maka, jika barang atau sesuatu itu masih berfungsi dengan baik mengapa kita harus membeli yang baru hanya sekedar mengikuti trend yang ada.

2. SUKA INSTAN

Penyakit kronis kedua yang kita miliki adalah kita ini sangat tidak suka dengan proses. Kita lebih memilih segala sesuatu yang sifatnya instan/cepat. Bahkan makanan pun jika bisa disajikan secara instan.

3. TERLALU KONSUMTIF

D. Arah Pendidikan

Sistem pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan arah/tujuan akhir pendidikan. Ada dua sistem yang selama ini berjalan:

1. Mencetak generasi owner
Jika kita menginginkan generasi semacam ini, maka berikanlah mereka ruang belajar sambil bermain, berinovasi, berkreasi. Tugas kita memberikan motivasi dan pendampingan untuk menjawab pertanyaan akan rasa ingin tahu mereka. Gantilah redaksi pertanyaan untuk mengetahui cita-cita mereka dengan kalimat, “nanti kalau besar, kamu ingin membuat/menciptakan apa?”

2. Mencetak generasi pekerja

Tanpa disadari, sistem yang kita jalankan selama ini adalah sistem ini. Kita secara alamiah memberikan treatment yang justru menyebabkan anak-anak kita menjadi generasi pekerja. Ilustrasinya sebagai berikut; sejak kecil kita membatasi waktu bermain mereka dengan berbagai ancaman. Mereka baru boleh bermain setelah belajar. Hal itu terus berlanjut hingga mereka dewasa. Akhirnya setelah lulus kuliah, mereka menjadi pribadi yang canggung terhadap kenyataan di masyarakat. Kalimat yang muncul akhirnya ialah, “besok selesai kuliah kamu ingin kerja dimana?”

E. Bahan Renungan Bersama

1. Penilaian yang dilakukan atau yang diberikan guru hendaklah bersifat tidak menghakimi. Karena jika kita ingin mencetak generasi Owner, penilaian sejatinya merupakan motivasi yang artinya penilaian tersebut mampu memotivasi diri mereka agar lebih semangat dan kreatif.

2. Semua guru hendaklah mengetahui bahwa visi pendidikan baru bisa diketahui/terwujud setelah 30 tahun yang akan datang bagaimana dia berperan di masyarakat.

Seminar ini seakan memberikan suntikan gizi bagi kami para pendidik.

Semoga dengan seminar ini para asatidz/ah mampu menjadi sumber motivasi dan inspirasi untuk para santri.