Guru dalam etimologi rakyat jawa dijabarkan sebagai bentuk akronim digugu lan ditiru.
Meneladani uswah dari para Rasul bahwa guru bukan sekadar seorang muallim yang pembelajarannya hanya sebatas di kelas karena pembelajaran haruslah berlangsung setiap hari tanpa batas ruang dan waktu agar dapat mengantarkan peserta didik meraih ilmu yang sempurna dhohir dan batin.
Guru hakikatnya adalah seorang murobbi, mursyid, muadib, dan mudarris.
Sebagai seorang murobbi, guru harus mampu memelihara, membimbing, dan mengarahkan peserta didik dengan penuh ketelatenan dan kesabaran untuk menjadi individu yang memiliki kepekaan terhadap ajaran Illahi. Sebagai seorang mursyid, guru mampu memberikan petunjuk yang benar tentang berbagai ilmu. Sebagai seorang muaddib, guru harus bisa menjadi suri teladan bagi peserta didik. Sebagai seorang mudarris, guru tidak boleh berhenti belajar dan cepat merasa puas dengan kemampuan yang dimilikinya. Dia harus bisa menjadi guru pembelajar yang selalu mengasah keilmuannya, kemampuannya, dan tidak lelah untuk selalu belajar menjadi lebih baik.